Berurusan dengan SPI (lagi)

Hari ini rapat koordinasi orang tua siswa kelas 10 (10-10, 10-11, 10-12) SMA 3 Semarang. Sangat membanggakan apa yang diuraikan oleh kepala sekolah Drs. Hari Waluyo, salah satunya SMA 3 Semarang adalah ranking 4 SMA Unggulan Nasional. Sehingga saat beliau mengutarakan tentang RAPBS 2010/2011 yang mencapai 8,4 milayar rupiah, masuk akal. Hanya saja sebagai sekolah negeri yang notabene berisi anak-anak berpotensi unggul (dari paparan kepala sekolah maupun ujar cerita mbarepku tentang teman-teman dan kakak kelasnya), sangat memalukan melihat kenyataan pemerintah hanya berkontribusi tidak sampai 15%.

Memang angka Rp. 8,4 M belum termasuk gaji guru. Katakan ada 100 guru karyawan rata-rata bergaji Rp. 5jt maka 13 kali gaji akan ada tambahan RAPBS Rp. 6,5 M, maka kontribusi pemerintah belum nyampai 2/3. Perumpamaan yang belum tentu benar ini, tetap tidak mengurangi ketakjuban tentang betapa negara mensia-siakan rakyatnya, bahkan rakyat yang secara potensi akademik sangat tinggi.
Kalau melihat uraian RAPBS, tata griya menduduki pengeluaran teratas sekitar Rp. 2,5 M, masuk akal dengan gedung seluas itu, listrik AC, perawatan dsb. Setelah itu pengembangan SDM, lalu program-program unggulan lainnya yang berbasis kegiatan. Semua make sense, walau ujung-ujungnya memang tetap ke peningkatan kesejahteraan guru. Namun di sisi lain anak tetap minta les dan kursus tambahan? Terus kemana program-program peningkatan mutu pendidik ini? Pertanyaan dari satu ortu/wali ini tidak bisa dijawab tuntas oleh kepala sekolah. Meski secara akuntabilitas sudah diaudit akuntan publik, tetapi pertangung jawaban moral mustinya harus dikedepankan.
BTW, sekolah pada era jaman SMA dulu wis gak njamani lagi. Atau jangan-jangan dulu yo wis ngono, tapi karena itu urusan ortu kita jadi nggak ngerti ya? Tapi setidaknya bapak yang dulu pegawai negeri rendahan, smp gak lulus, gak pernah ngeluh biaya pendidikan anak mestinya bisa jadi pedoman, biaya sekolah jaman dulu tidak sebesar sekarang. Apalagi kuliah? Wah! Tadi iseng buka biaya kuliah di SBM ITB, 180 juta? Ha ha ha (inget lagunya mbah Surip alm.) Pernah ketemu orang tua mahasiswa Unes (Ikip dulu), yang anaknya gak jadi kuliah di UGM karena kurang uang Rp. 1,5 juta. OPO TUMON? (kalau di redenominasi kan cuma Rp.1.500,-?)