"Pah, ntar PAT Mat aku bantuin ya?"
"Gak boleh... Namanya ujian itu untuk mengukur kemampuan belajarmu"
Diam sambil terus berkutat di depan 'Classroom'.
"Pah... Bu Guru itu soalnya gak bikin sendiri tapi ambil di Internet. Kertas orek-orekannya gak kupakai ya...?"
Bapaknya yang diam sekarang.
"Kalau nilaiku 100 bagaimana Pah?"
Masih tetap diam... Mikirrr.
Ini masih belum kalau anaknya buka salah satu apps atau web apps ttg memecahkan matematika (gak usah sebut merek). Apapun soalnya, soal salah sekalipun, ada solusinya.
Covid-19 memang lebih 'disruptive" ketimbang digital technology.
Jadi, kalau walikota Semarang bilang lupakan dulu new normal karena maaih terus muncul cluster baru positif Covid-19, ternyata new normal karena Covid-19 melaju cepat di jalur pendidikan. Kids jaman now memang punya tataran normal yang berbeda. Literasi mereka memang berbeda cara perolehannya. Jaman batu orang mengenali api dari batu yang beradu. Jaman pra baby boomer mengenali api dari pemantik zippo berbahan bakar nafta. Jaman now mengenali api dari Zuko pangeran negeri api di the legend of Aang... Eh plasma elektrik... :).
Zaman hitung aljabar memakai Abacus maka terampil dan tepat meletakkan bidak menjadi penting selain dari kemampuan mencerna metode hitung Abacus. Saat kalkulator dan komputer dipakai sebagai alat maka menentukan formula hitung menjadi krusial. Saat apps as a services membuncah di komputasi awan, maka menyunting formula ke dalam teks bisa memberikan step by steps solution.
Jadi, pemahaman belajar matematika bagi yang alergi menjadi hanya ritual menuliskan formula, namun bagi yang math aholic menjadi santapan rohani yang paripurna.
Kids jaman now sudah bisa bilang ini math rumit begini gak aku pakai kalau udah besar nanti... Terlepas benar tidaknya nyatanya juga siapa yangvdi masa dewasanya menyelesaikan masalah menggunakan matriks atau differensial dan integral?
Jadi ingat dua / tiga dasawarsa silam harus pergi ke perpustakaan Bank Indonesia kalau mau akses jurnal-jurnal internasional, sampai akhirnya memanfaatkan jasa teman yang kuliah di luar negeri untuk mendownloadkan. Saat ini hal itu hampir tak ada yang melakukannya lagi. Namun, apakah itu meningkatkan keingintahuan membaca jurnal? Jawab sendiri.
Normal jaman now, memang beda dengan normal jaman old. Lalu apakah itu yang disebut new normal? Enggak juga sih... New normal itu saat bapak-bapak dan emak-emak tergagap-gagap beradaptasi dengannew technology. Jadi ingat sehari sebelumnya:
"Pah anakmu belum absen di Classroom kata bu Guru", tengok ke anaknya dijawab:"aku kan udah enroll, kannsusah ada di daftar". Rupanya menurut bu Guru yang fasih chatting WA absen itu kalau sudah share nama di comment sharing, pemahaman si anak enrolled beearti sudah daftar dan terdata.