Extended Class

Hari ini, 26 Agustus 2008, dimulai kegiatan awal semester ganjil 2008/2009 yaitu Dinus Inside. Kegiatan ini adalah masa pengenalan kampus bagi mahasiswa baru angkatan 2008/2009 UDINUS. FT Udinus tahun ini menerima jumlah mahasiswa lebih banyak dari beberapa tahun belakangan ini setelah tahun 2003.
Mulai tahun ajaran ini FT Udinus membuat branding kegiatan Extended Class atau kelas yang diperluas. Bukan ruang kelas yang dilebarkan namun aktivitas belajar mengajarnya. Ada tiga kegiatan utama yang ditawarkan ke civitas akademika yaitu kepemilikan laptop, pembelajaran digital dan pengayaan softskill (soft skills). Hal-hal tersebut telah dibicarakan secara intern di fakultas sejak hampir satu tahun silam. Keseluruhan ide ini masih belum cocok untuk ditawarkan ke universitas, maka baru dijalankan secara parsial di FT.
Kepemilikan laptop tidak hanya untuk dosen, namun terutama sekali untuk mahasiswa. Tidak sekedar meniru OLPC (One Laptop per Children) program ini diharapkan mampu membuat mahasiswa mempunyai habit baru yaitu terbiasa bekerja menggunakan komputer. Saya selalu ingat bahwa terperangkap menyelesaikan aplikasi iterasi proses difusi inti atom ke dalam batang paladium menggunakan komputer di Puskom UGM, saat skripsi S1 dulu (tahun 1988 s/d 1990), mempunyai dampak hidup yang sangat besar. Saat teknologi informasi semakin melingkupi hajat hidup orang banyak maka terbiasa bekerja dengan komputer adalah nilai tambah tersendiri.
Kamis besok ini, kami mengundang orang tua mahasiswa untuk sambung rasa implementasi kepemilikan laptop bagi mahasiswa. Beberapa vendor laptop dan umpc, seperti Acer, Toshiba sampai merek lokal pabrikan Taiwan bermerek FORSA kami undang untuk mendemokan produknya. Beberapa lembaga pembiayaan juga kami undang untuk memudahkan pembayaran.
Pembelajaran digital bukan hanya mengikuti latah, namun memang sudah menjadi tuntutan saat ini. Seperti banyak dibahas di berbagai tempat dan situs internet, generasi yang lahir sebelum berakhirnya abad millenium dua hingga awal abad 21 adalah generasi z, generasi c atau generasi e. Generasi ini sangat melek teknologi, sehingga digitalisasi bahan ajar harus mulai dibiasakan bagi dosen-dosen yang dalam waktu dekat ini (5 atau 10 tahun lagi) akan mengajar para generasi z. Walau para mahasiswa baru sekarang masih belum sepenuhnya bagian dari generasi z, namun kemampuan adaptasi mereka dengan teknologi tidak perlu dipertanyakan. Sehingga pembelajaran digital bukan sebagai halangan namun sebagai tantangan yang menggairahkan.
Pengayaan softskill bagi mahasiswa adalah kesadaran bahwa keberhasilan dan kesuksesan seseorang tidak hanya dari hardskill semata. Beberapa menyatakan lebih dari 80 persen ditentukan oleh softskill. Banyak definisi tentang softskill, namun beberapa yang utama adalah peningkatan kepercayaan diri, kemampuan memecahkan masalah serta kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain. Beruntung program ini juga sedang dikembangkan di universitas, sehingga beban fakultas tidak terlalu berat. Dosen-dosen sedang dan sudah diberi pembekalan softskill, sehingga pengayaan softskill kepada mahasiswa dapat dilakukan secara terselubung saat pemberian mata kuliah. Mudah-mudahan setelah lulus nanti akan menjadi manusia unggul yang bermanfaat bagi diri, keluarga dan bangsanya.