Popular di Medsos akan Menang di Jateng?

Menjadi follower medsos dari kedua calon gubernur Jateng jadi tahu mana yang paling aktif bermedsos dan mana yang cuma kalau sedang merasa perlu saja nongol di medsos. Kok gak militan sih, ngapain mesti follow dua2nya? Ya kenapa juga harus ekstrim, justru follow mereka berdua jadi tahu dan bisa lebih selektif memilih yang dipandang terbaik.
Btw, terkait judul sepertinya kok gak akan mempengaruhi persepsi pemilih. Kenapa? Kan katanya bisa membimbing hati nurani untuk memilih yang terbaik? Yang jadi rujukan para followers itu betul tapi mempengaruhi persepsi rakyat Jateng kok tidak. Bagaimana reasoningnya?

Bukan mau menjustifikasi tapi ini hanya analisis obyektif saja, jadi jika nanti hasil pilgub ternyata seperti analisis ini ya bukan karena bagus analisisnya tapi karena memang begitulah garis tangan yang bersangkutan.
Secara umum cagub nomer 1 Ganjar Pranowo jauh melampaui cagub nomer 2 Sudirman Said dari sisi followers maupun aktivitas di Medsos. Mas Ganjar ki sedino mungkin iso luwih seko ping sepuluh (iso wae kurang..., luwih akeh yo iso) mencungul di medsos. Setiap kemunculannya direspon secara aktif (melu ndudul) bisa sampai ribuan bahkan dua puluh ribuan penggemarnya, itu belum yang cuma ngeliat, kalau itu berbentuk video bisa terinfo berapa yang lihat (jumlahnya kira2 ya sejumlah itu). Sementara mas Dirman sehari muncul saja belum tentu, gak pernah nyampai 5 kali sehari sepertinya. Itupun direspon aktif oleh gak sampai seribu bahkan sering gak sampai seratus orang. Sudirman Said sangat jarang memajang video, Ganjar Pranowo bisa diibaratkan salaman sama Ibu-ibu di pinggir jalan saja ada videonya. Jadi inget, waktu mereka para calon itu terlihat guyub di ulang tahun pak Dirman, video mereka makan2 di angkringan itupun punya pak Ganjar.
FYI konten dari kedua paslon juga terlihat berbeda format, mas Ganjar cenderung menunjukkan narsistis dan euforia sementara mas Dirman lebih berusaha memperkenalkan program yang akan diusung. Hal ini sangat wajar jika dilihat dari sisi petahana dan penantang juga dari sisi cara menyikapi popularitas dari kedua paslon.
Nah jelas banget mana yang aktif dan populer di medsos dengan gambaran ini.
Pertanyaannya apa karena populer di medsos lalu pasangan calon nomer satu yang bakal menang? Bisa saja, tapi bisa juga tidak atau menang karena faktor di luar populer di medsos.
Perhatikan jumlah kepopulerannya. Ganjar Pranowo di IG difollow 450K, Sudirman Said hanya 11,1K (saat ini ditulis). Follower GP di Twitter 1 juta, sementara SS hanya 24 ribu. Halaman Facebook untuk GP 254 ribu, SS baru mau 92 ribu. Semakin menunjukkan bahwa paslon no 1 lebih populer.

Sementara itu jumlah pemilih Jateng tercatat oleh KPU sejumlah 27.348.878 pemilih. Follower tertinggi jumlahnya masih kurang dari 4%.
Wah, itu kan sudah sangat jauh lebih besar dari kebutuhan jumlah sample survey...? Ya kalau dihitung jumlah sample yang diperlukan bagi seluruh pemilih Jateng dengan standard error 2% dan tingkat keyakinan perhitungan 99% hanya diperlukan 4147 sample saja. Kalau begini kan semua paslon followernya melampaui kebutuhan jumlah sample? Terjawab sudah jumlah follower tidak bisa dijadikan patokan sample survey.
Banyak survey di medsos yang kalau dilihat hasilnya menunjukkan kemenangan paslon nomer dua, tapi itu sebetulnya hanya bisa dibaca bahwa yang mengikuti pooling ya hanya dari para pengikut paslon nomer dua. Sebaliknya juga sama saat hasil pooling di medsos memenangkan paslon nomer 1. Bagaimana dengan pooling para lembaga survey? Lembaga-lembaga survey ternama kebetulan mengunggulkan paslon nomer 1, namun ada juga lembaga survey yang mendapati paslon nomer dua punya peluang unggul. Apakah ini bisa dijadikan prediksi kemenangan? Insyaa Allah tidak. Lho...? Ya, prediksi kan hanya perhitungan manusia, mana mungkin menentang kehendak Allah. Pemilu di Malaysia kebanyakan lembaga survey memenangkan Nazib Razak, namun Allah menghendaki Mahathir Muhammad yang menang. Pilgub Jateng juga sama, kita tunggu kehendak Allah.