Tanda seru judul di atas itu bermakna saking takjubnya. Judul ini sebetulnya terjemahan bebas dari Facebook dkk Sedot Rp 19 Triliun dari Indonesia. Nah semua tahu makna nol 12 biji di angka triliun, itu sejuta juta. Bandingkan sama apbd kota kita masing-masing, berapa triliun? Atau apbd provinsi? Dan itu relatif kita berikan cuma-cuma ke asing. Kenapa cuma-cuma? Karena apa yang kita bayarkan berupa sewa bandwith untuk terkoneksi dengan situs-situs web atau layanan media sosial bisa tergantikan kalau ada perubahan pola konsumsi ke produk dan konten lokal.
Barangkali ada yang mempertanyakan Bukankah sudah banyak media sosial dan aplikasi untuk pertemanan lokal tapi terbukti tidak mampu menyaingi produk asing sehingga konsumsi bandwidth internasional tetap saja besar? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penikmat media sosial betah memanfaatkan, yang pertama tentu besarnya komunitas. Besarnya komunitas akan mendorong popularitas dan sebaliknya, seperti halnya memasarkan produk jasa lainnya maka penetrasi pemasaran yang tepat akan mampu mendorong peningkatan member komunitas.
Untuk mendorong suksesnya pemasaran, hal kedua adalah kualitas layanan. Ini meliputi interface yang menjembatani pemakai dengan aplikasi, semakin nyaman akan semakin disukai. Hal berikutnya adalah kecepatan akses. Nah, untuk yang ini dukungan perangkat dan alokasi bandwidth jadi penentunya, disamping juga algoritma yang dipakai dalam pemrograman aplikasi.
Dukungan perangkat utamanya adalah mesin server baik dari sisi kinerja perangkat maupun kapasitas memori, dalam jumlah yang mencukupi. Sayangnya investasi perangkat sering dianggap seperti layaknya telor dan ayam bila disandingkan dengan tingkat popularitas aplikasi. Padahal mestinya sesuaikan dengan rencana berapa cakupan member yang ingin diraup.
Bandwidth? Nah ini biang keroknya. Jika server-server ada di internet lokal maka tidak ada biaya yang harus dibayarkan ke asing. Ingat kita bicara jaringan internet lokal ya.... User, pengembang, server, jaringan semua lokal. Lebih hebat lagi kalau kapasitasnya relatif tidak terbatas dan gratis? Silahkan baca kembali tulisan lama tentang FTTH dan Jaringan Lokal Kota.
Sebetulnya pengin dilanjut, tapi kok buntu ya? sementara segini dulu mudah-mudahan ada ide lagi.